top of page
Writer's pictureYoan A

Sering Mengalami Emotional Eating? Yuk Cari Tahu Cara Menanganinya!

Updated: Oct 16, 2020


Sumber: pngtree.com


Halo Sobat Gizi! Siapa yang ketika lagi banyak pikiran, banyak tugas dengan deadline singkat menjadi stres dan akhirnya melampiaskannya pada makanan? Pasti banyak ya diantara kita yang memiliki kebiasaan tersebut. Inginnya ngemil dan makan terus walau belum merasa lapar, terutama pada makanan yang manis-manis seperti coklat, ice cream, biskuit, dan camilan manis lainnya. Tapi Sobat Gizi nggak, kalau hal tersebut merupakan salah satu gangguan makan atau eating disorders?

Emotional eating adalah suatu kondisi ketika konsumsi makanan sebagai respons kita terhadap emosi, terutama emosi negatif, dan bukan rasa lapar.

Emotional eating merupakan cara seseorang mengatasi perasaan negatif seperti depresi, kecemasan, kesepian, stres, dan kebosanan. Saat kondisi stres, kita cenderung mengkonsumsi makanan-makanan yang kita sukai seperti makanan dengan rasa manis dengan jumlah yang cukup banyak dengan harapan perasaan kita menjadi lebih baik.

Dalam jangka pendek, stres bisa mematikan atau menurunkan nafsu makan. Sistem saraf akan mengirimkan pesan ke kelenjar adrenal yang berada di atas ginjal untuk mengeluarkan lebih banyak hormon epinefrin (sering dikenal sebagai hormon adrenalin). Epinefrin membantu ini yang kemudian memicu respons tubuh untuk sementara waktu menunda makan. Inilah salah satu hubungan stress dan makanan yang bisa terjadi pada siapapun.

Tetapi jika stres terus berlanjut, ceritanya akan berbeda lagi. Kelenjar adrenal melepaskan hormon lain yang disebut kortisol. Hormon ini yang memiliki efek untuk meningkatkan nafsu makan dan juga dapat meningkatkan motivasi secara keseluruhan, termasuk motivasi untuk makan. Setelah episode stres selesai, kadar kortisol akan turun, tetapi jika stres tidak hilang, maka produksi hormon kortisol mungkin tetap tinggi.

Tingkat hormon kortisol yang tinggi bersama kadar insulin dalam tubuh yang tinggi juga akhirnya bisa meningkatkan hormon ghrelin. Ghrelin disebut juga dengan “hunger hormone” berperan memberikan sinyal ke otak untuk makan dan menyimpan kalori dan lemak lebih efektif. Maka dari itu, peningkatan hormon ini bisa membuat orang sulit untuk menurunkan berat badannya, berat badan bisa semakin naik. Nah, peningkatan berat badan ini merupakan salah satu efek yang bisa timbul dari emotional eating.

Nah, bagaimana menangani emotional eating? Cara yang baik untuk menghindarinya adalah dengan mengurangi jumlah dan penyebab stres.

Kita dapat mengurangi stres dengan menggunakan manajemen waktu, membuat checklist kegiatan, istirahat sejenak dari pekerjaan atau aktivitas sehari-hari, dan mempelajari teknik relaksasi. Dengan mengetahui hal-hal yang dapat menyebabkan stres dan mempelajari cara mengatasinya merupakan cara untuk mencegah kita agar tidak terjebak dalam emotional eating. Perlu diingat yaa Sobat Gizi, karena kita tidak selalu bisa menolak datangnya stres.

Sobat Gizi dapat menghindari emotional eating dengan melakukan kegiatan lain yang disukai. Melalukan hobi atau olahraga yang disukai dapat mengalihkan perhatian kita dari terus memikirkan makanan. Aktivitas fisik yang berupa hobi atau olahraga juga dapat membantu meningkatkan pengeluaran energi dan mencegah penambahan berat badan. Hobi lainnya seperti membaca, menulis, memecahkan teka-teki, membuat scrapbook, fotografi, atau menggambar bisa Sobat Gizi lakukan untuk mengalihkan keinginan pada makanan. Berinteraksi dengan keluarga dan teman dapat membuat kita lebih enjoy dan terhibur sehingga dapat membantu mengatasi stress.

Nah, Sobat Gizi sudah tau kan apa itu emotional eating? Cara-cara diatas dapat sobat gizi lakukan untuk mengatasi keinginan makan berlebih saat stres. Boleh loo kita ngemil saat merasa suntuk, tapi ingat yaa harus sesuai dengan porsi agar makannya tidak berlebih. Salam sehat, aman, bergizi.



Referensi

  • Harvard Mental Health Letter. 2018. Why Stres Causes People to Overeat. https://www.health.harvard.edu/staying-healthy/why-stres-causes-people-to-overeat, diakses 14 Oktober 2020.

  • Konttinen, H., Strien, T.V., Mannisto, S., Jousilahti, P., Haukkala, A., 2019. Depression, Emotional Eating and Long Term Weight Changes: a Population-Based Prospective Study. International ournal of Behavioural Nutrition and Physical Activity, 16(28).

  • Mississipi State University. 2017. Stres and Emotional Eating. https://extension.msstate.edu/sites/default/files/publications/information-sheets/is1783.pdf, diakses 14 Oktober 2020.

1 view0 comments

Recent Posts

See All

Comentarios


Post: Blog2 Post
bottom of page